ASPEK PRODUKSI AGRIBISNIS PERTANIAN

Dalam agribisnis pertanian, aspek produksi perlu mendapatkan perhatian yang lebih dibanding aspek lain. Ini bukan berarti mengabaikan aspek lain, tetapi semata-mata karena komoditi yang dikelola adalah tanaman, makhluk hidup, yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan.

Dari tanaman yang ditanam akan dihasilkan produk untuk dijual ke pasar. Dengan demikian, mesin produksi dalam agribisnis pertanian ini adalah tanaman itu sendiri yang sifatnya sangat berbeda dengan mesin yang bekerja dengan bahan bakar. Oleh karena itu, penanganan aspek produksi ini harus hati-hati agar perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan rencana. Aspek produksi agribisnis pertanian akan dibedakan menjadi perencanaan produksi dan pengendalian produksi.

A. Perencanaan Produksi Agribisnis Pertanian

Perencanaan produksi agribisnis pertanian meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.

1. Perencanaan Produk Atau Komoditas

Termasuk dalam perencanaan produk atau komoditas adalah penentuan jenis tanaman dan jumlah tanaman. Pada dasarnya penentuan jenis tanaman harus memperhatikan faktor agroklimat. Namun, jika menggunakan rumah kaca, faktor agroklimat dapat dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jenis tanaman yang akan diusahakan.

Untuk tanaman yang tidak diusahakan dalam rumah kaca, faktor agroklimat harus benar-benar diperhatikan. Tanaman yang akan diusahakan haruslah tanaman yang sesuai dengan iklim dan keadaan tanah setempat. Apalagi jika tanaman yang kita pilih sebagai komoditas agribisnis merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit, maka penyesuaian waktu tanam sangat penting untuk menunjang keberhasilan agribisnis tersebut.

Sebagai contoh, untuk agribisnis bisnis kentang, jika penanamannya dilakukan di dataran rendah atau menengah, maka produksi yang dihasilkan tidak akan seoptimal jika ditanam di dataran tinggi. Begitu pula jika agribisnis yang kita pilih adalah cabai hibrida, dan penanaman dilakukan pada musim hujan, tentu saja biaya pemeliharaan yang akan timbul akan lebih besar dibanding jika menanan cabai hibrida pada musim kemarau. Hal itu disebabkan serangan penyakit pada musim hujan sangat besar.

Dalam menentukan agribisnis yang akan diusahakan perlu juga diperhatikan masalah pengadaan bibitnya. Untuk memenuhi kebutuhan bibit, pemerintah dan pihak swasta telah melakukan perbanyakan berbagai jenis bibit unggul.

Selain merencanakan jenis tanaman, merencanakan jumlah tanaman yang akan ditanam perlu juga diperhatikan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan produk. Sebaiknya merencanakan jumlah tanaman ini beracuan pada pasar. Jumlah permintaan pasar itulah yang harus dipenuhi. Dengan cara ini efisiensi produksi akan tercapai dengan baik.

2. Perencanaan lokasi usaha

Secara umum perencanaan lokasi usaha untuk agribisnis pertanian sebaiknya memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut.

a. Aspek teknis-ekonomis
Termasuk dalam aspek ini adalah biaya transportasi, baik dari pusat produksi ke lokasi sumber bahan baku atau dari pusat produksi ke pasar. Perlu juga dilihat ada tidaknya sarana jalan di tempat tersebut. Tersedianya sarana jalan yang berfungsi memperlancar transportasi akan menurunkan biaya operasional. Kelancaran transportasi memang sangat diperlukan karena akan membantu kegiatan pasca panen, terutama dalam hal pengangkutan hasil produksi.

Ketersediaan tenaga kerja, tingkat upah tenaga kerja, peluang perluasan usaha, harga tanah, serta sarana penunjang lain, seperti listrik dan air juga harus diperhatikan.

b. Aspek iklim
Aspek iklim diperlukan untuk menentukan jenis agribisnis yang akan diusahakan. Aspek ini meliputi suhu udara, kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya.

c. Aspek agronomis
Tercakup dalam aspek ini antara lain topografi lahan, jenis dan kondisi tanah, serta sistem drainase. Aspek iklim dan agronomis sering dijadikan satu menjadi agroklimat. Untuk lebih jelasnya, aspek agroklimat diuraikan pada materi Pengendalian Produksi.

d. Aspek lingkungan dan sosial budaya masyarakat di sekitar lahan
Aspek ini meliputi dukungan masyarakat di sekitar lahan, penyesuaian diri masyarakat terhadap modemisasi, pandangan masyarakat terhadap bisnis, ada-tidaknya kerja sama yang saling menguntungkan, kompetisi dengan pengusaha lain, perilaku pedagang perantara, dan keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi agribisnis.

e. Aspek tata kota
Ada kawasan-kawasan tertentu yang oleh pemerintah dilarang untuk pendirian agribisnis pertanian dengan alasan tata kota. Di kawasan ini jelas tidak dapat dipilih sebagai lokasi usaha meskipun aspek-aspek lainnya telah terpenuhi.

3. Perencanaan Standar Kualitas Produk

Agar produk dari agribisnis pertanian yang kita usahakan mampu bersaing di pasar, diperlukan adanya standar kualitas, terutama produk dengan jangkauan pasar ekspor. Biasanya standar mutu komoditi yang akan dieskpor telah ditentukan oleh eksportir.

Untuk produk atau komoditas yang berorientas pasar lokal atau nasional, maka standar kualitas produk disesuaikan dengan permintaan pasar yang ada. Standar produk untuk permintaan supermarket tentu saja berbeda dengan standar produk untuk permintaan pasar tradisional. Menentukan standar produk yang tepat akan menghemat biaya operasional agribisnis.

Apa yang terjadi jika banyak pengusaha yang kurang memperhatikan kualitas produk? Yang jelas, pasar akan dibanjiri oleh produk agribisnis pertanian yang berkualitas rendah. Bisa dipastikan harga suatu produk akan jatuh. Hanya pengusaha yang pandai menjaga kualitas saja yang bisa bertahan dalam keadaan seperti ini.

4. Pengadaan tenaga kerja

Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Pengusahaan agribisnis pertanian yang tidak begitu besar, membutuhkan tenaga kerja yang sedikit dan dapat dipenuhi oleh anggota keluarga sendiri. Namun, untuk pengusahaan yang besar dan dilakukan secara intensif, penggunaan tenaga kerja dari luar mutlak diperlukan.

Sebagai contoh, berdasarkan luas lahan yang dimiliki, pengusaha agribisnis pertanian yang mengelola lahan seluas 2.500-3.000 m2, dapat mempekerjakan 1-2 orang tenaga kerja. Namun, gambaran ini tidak mengikat. Bagi pengusaha yang sudah maju, kebutuhan tenaga kerjanya dapat lebih besar, dan telah ada penggolongan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin besar pula biaya yang diperlukan. Sekitar 34,81% dari seluruh pengeluaran total dihabiskan untuk upah tenaga kerja.

Sebagai gambaran untuk biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja di sektor pertanian, di daerah Wonosobo Jawa Tengah, adalah Rp 25.000,00 - Rp 35.000,00 per-orang per-hari dengan waktu kerja 8 jam sehari.

B. Pengendalian Produksi Agribisnis Pertanian

Pengendalian produksi terutama ditekankan pada proses produksi tanaman yang akan dibudidayakan. Proses produksi dalam agribisnis pertanian menyangkut pengetahuan mengenai jenis dan sifat-sifat tanaman, agroklimat bagi pertumbuhannya, budidaya, serta penanganan pascapanen.

1. Jenis-jenis tanaman

Jenis tanaman yang akan ditentukan dalam agribisnis pertanian harus mempertimbangkan potensi atau peluang pasar terhadap hasil produksi agribisnis. Jika Anda memiliki peluang pasar yang lebih bagus dengan harga yang tinggi untuk tomat jenis sayur berarti pilihan utama untuk agribisnis yang akan diusahakan adalah tomat jenis sayur. Begitu pula untuk agribisnis pertanian yang lain, ada banyak jenis tanaman yang bisa dijadikan sebagai pilihan, seperti jenis cabai merah keriting, cabai merah besar, pepaya ukuran besar, pepaya ukuran kecil, dan sebagainya. Pilihan yang tepat dengan menyesuaikan potensi atau peluang pasar yang ada akan menunjang keberhasilan agribisnis tersebut.

2. Sifat-sifat tanaman

Sifat-sifat tanaman sangat perlu untuk diketahui agar penanganannya, mulai budidaya sampai pemasarannya, dapat dilakukan dengan baik sehingga penurunan mutu produknya dapat dicegah atau setidak-tidaknya berkurang. Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan sifat-sifat tanaman yang cocok untuk agribisnis yang akan dijalankan antara lain:

a. Ketergantungan terhadap musim
Apakah tanaman yang akan dibudidayakan dapat ditanam dan dipanen kapan saja atau hanya bisa dilakukan pada musim-musim tertentu. Misalnya untuk agribisnis tembakau tidak mungkin ditanam pada awal musim hujan dan dipanen saat akhir musim hujan. Untuk agribisnis buah mangga hanya dapat dipanen satu kali dalam satu tahun. Jika menanam tomat pada musim kemarau berarti biaya yang dikeluarkan untuk mengendalikan serangan virus akan lebih besar. Estimasi ketergantungan tanaman terhadap musim akan membantu membuat perencanaan waktu tanam, pembiayaan atau permodalan, dan pemanenan.

b. Tingkat perputaran modal
Bagaimana tingkat perputaran modal terhadap agribisnis yang kita usahakan? Menanam jahe tentu saja memiliki tingkat perputaran modal yang lebih lambat dibanding dengan tomat, karena waktu panen jahe yang lebih panjang. Untuk tanaman pepaya membutuhkan investasi yang sedikit lebih lambat dibanding tanaman cabai atau tomat, akan tetapi saat tanaman pepaya sudah memasuki fase panen, maka tingkat perputaran modalnya lebih cepat dimana pembudidaya bisa mendapatkan penerimaan paling tidak satu minggu sekali. Dengan mengetahui tingkat perputaran modal, pelaku agribisnis dalam memperkirakan kemampuan pengembalian modal.

c. Daya tahan hasil produksi pasca panen
Sifat ini merupakan sifat fisik produk agribisnis pertanian. Perlu diketahui apakah produk agribisnis tersebut mudah rusak oleh kesalahan perlakuan fisik selama pemanenan atau pengangkutan. Jika produk tersebut mudah rusak, tentu saja penanganan panen dan pasca panen harus hati-hati dan usahakan untuk mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur) yang sudah dibuat. Jika produk tersebut tidak mudah rusak, seperti gabah, penanganan tentu saja bisa dilakukan secara tradisional, sejauh tidak mengakibatkan kerugian yang fatal.

3. Agroklimat

Agroklimat mempunyai arti iklim yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Dalam agribisnis pertanian, faktor agroklimat sangat menentukan keberhasilan usaha. Memaksa tanaman untuk tumbuh di daerah dengan agroklimat yang tidak sesuai akan fatal terhadap keberhasilan agribisnis.

Faktor-faktor agroklimat yang perlu diketahui dalam agribisnis pertanian meliputi keadaan tanah/lahan, ketinggian tempat, suhu, dan curah hujan.

a. Keadaan tanah
Keadaan tanah yang harus disesuaikan dengan jenis tanaman budidaya secara umum adalah jenis tanah dan tingkat keasaman tanah (pH). Jenis tanah harus diusahakan sesuai dengan jenis tanaman budidaya dalam kegiatan agribisnis. pH tanah juga haru berada pada kisaran optimal untuk pertumbuhan tanaman budidaya. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut pH meter atau cairan pH tester.
Informasi selengkapnya tentang pH tanah bisa dilihat pada artikel pH Tanah

b. Ketinggian tempat
Ketinggian tempat merupakan salah satu syarat tumbuh jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Jangan memaksakan untuk menentukan agribisnis pada tanaman yang tidak sesuai dengan ketinggian tempatnya. Kesalahan menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan ketinggian tempat akan berakibat fatal terhadap keberhasilan agribisnis.

c. Suhu udara
Suhu udara berkaitan erat dengan ketinggian tempat. Setiap ketinggian tempat naik 100 m, suhu udara akan turun kurang lebih 0,57°C. Suhu udara yang sesuai tanaman budiaya akan menunjang keberhasilan agribisnis.

d. Curah hujan
Satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan agribisnis pertanian adalah curah hujan. Tanaman budidaya yang tidak membutuhkan curah hujan tinggi maka jangan ditanam saat awal musim hujan. Demikian pula sebaliknya. Jika memaksakan untuk menanam tanaman yang rentan terhadap curah hujan tinggi dengan pertimbangan peluang harga yang bagus saat panen, maka harus diperhatikan juga biaya perawatan yang akan meledak mungkin bisa mencapai 200-300 persen.

Data agroklimat suatu daerah bisa diperoleh dari dinas-dinas pertanian setempat.

4. Teknologi Budidaya Dalam Agribisnis Pertanian

Teknologi budidaya untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar menjadi penentu keberhasilan agribisnis pertanian. Walaupun semua komponen sudah dipersiapkan, tetapi jika teknologi budidaya yang diterapkan tidak benar, maka besar kemungkina agribisnis pertanian yang kita usahakan akan menemui kegagalan. Oleh karena itu, dalam agribisnis pertanian mau tidak mau harus menguasai masing-masing teknologi budidaya dari jenis tanaman yang dibudidayakan.
Sebagai referensi untuk menunjang teknologi budidaya berikut kami sajikan beberapa pilihan teknologi budidaya mulai dari pengadaan bibit, pemupukan, hingga penanganan hama penyakit yang dapat mendukung kegiatan agribisnis pertanian :

Budidaya Bawang Merah, Budidaya Buah Naga, Budidaya Cabai, Budidaya Durian, Budidaya Jagung, Budidaya Jahe, Budidaya Jamur, Budidaya Jeruk, Budidaya Melon, Budidaya Padi, Budidaya Pepaya, Budidaya Semangka, Budidaya Tanaman Anggrek, Budidaya Tanaman Buah, Budidaya Terong, Budidaya Tomat.

Petunjuk Aplikasi Pestisida, Hama Penyakit Cengkeh, Hama Penyakit Durian, Hama Penyakit Tanaman Cabai, Hama Penyakit Tanaman Jagung, Hama Penyakit Tanaman Kentang.

Pupuk Dan Pemupukan, Pupuk Organik, Hormon Tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

5. Penanganan Pascapanen Hasil Produksi Agribisnis

Penanganan pasca panen merupakan penanganan terhadap hasil produksi agribisnis setelah panen selesai, atau setelah pemetikan hasil produksi. Pasca panen untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Penanganan pasca panen pada buah tomat dan gabah sangat berbeda jauh. Begitu pula untuk tujuan pemasaran. Jenis produksi yang sama akan mengalami penanganan pasca panen yang berbeda jika tujuan pemasarannya berbeda. Untuk pepaya yang dipasarkan ke pasar tradisional akan berbeda penanganannya dengan pepaya yang dipasarkan ke supermarket atau tujuan ekspor. Penanganan pasca panen yang tidak benar akan mengurangi nilai jual dari hasil produksi agribisnis pertanian.

Secara umum, penanganan pasca panen meliputi, pembersihan, pemilihan atau sortasi, pengelasan (grading), penyimpanan, pengepakan dan pengangkutan. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas hasil produksi agribisnis pertanian agar masuk dalam standar kualitas yang telah disepakati dengan pihak pembeli.

Artikel Terkait :

ASPEK PEMASARAN AGRIBISNIS PERTANIAN

No comments:

Post a Comment